Eto'o Ingin Buktikan Diri Di Depan Guardiola

Striker Inter itu memiliki misi pribadi saat mantan klubnya melawat ke Meazza.
Inter dan Barcelona akan saling bertemu pertengahan pekan ini, untuk memulai kompetisi Liga Champions di antara mereka musim 2009/10.
Diyakini duel akan berjalan menarik karena akan ada adu gengsi oleh sejumlah pihak. Zlatan Ibrahimovic yang hengkang dari Inter ke Barcelona sebelumnya sudah menyatakan keinginannya menjebol gawang mantan klubnya itu. Kini, Samuel Eto'o ikut meramaikan persaingan dengan target pribadinya.
Striker Inter asal Kamerun itu ingin membuktikan diri di hadapan mantan pelatihnya, Pep Guardiola, jia dia salah telah melepasnya ke Inter.
"Sejak saya bergabung dengan Barcelona, sejak saya tampil pertama kalinya untuk mereka, saya sudah melakukan tugas yang mereka inginkan," jelas Eto'o kepada Catalunya Radio.
"Saya tak pernah menolak apa keinginan mereka, tak seperti pemain lain. Saya selalu berusaha membantu semua orang, dan bagi saya musim lalu adalah tahun yang hebat, karena kami bekerja bersama untuk kebaikan Barcelona."
"Saya tak punya masalah, tapi ok, jika Guardiola mengatakan saya tak memiliki perasaan untuk klub, itu adalah pendapatnya. Saya selalu berkomitmen pada diri saya sendiri dan saya akan menunjukkan padanya minggu ini," tegas Eto'o.
"Yang jadi pertanyaan sekarang adalah saya masih tak memiliki perkiraan dari apa yang dia maksud dengan 'perasaan' itu sendiri," ujar Eto'o lagi.

Intermilan vs Barcelona

Pertandingan masih dalam tahap grup tetapi big Match sudah terjadi di Giuseppe Meazza antara Intermilan vs Barcelona. Transfer besar memang terjadi antara kedua tim pada musim panas ini. Barcelona membeli Zlatan Ibrahimovic dari Intermilan dengan 45 juta euro plus Samuel Eto’o. komentar kedua pemain bertebaran di media menjelang pertandingan ini. “Ini akan menjadi pertandingan yang sulit dan sangat spesial untukku karena aku telah bermain untuk Intermilan selama 3 tahun dan saya memiliki memori yang indah bersamanya.” Ujar Ibrahimovic.
Sedangkan Samuel Eto’o yang sudah 5 tahun bermain bersama Barcelona mengatakan
“ sampai saat ini saya tidak mengira akan bertanding melawan Barcelona, tapi saya akan melakukan dan saat ini saya harus fokus terhadapnya. Saya tidak sabar ingin segera bertanding tapi saya berpikir ini hanya merupakan salah satu pertandingan yang penting dalam musim ini bukan yang terpenting.”
Manajer Barcelona Pep Guardiola akan membawa komposisi pemain yang sama saat melawan Getafe dengan tambahan turut mengikutsertakan Rafael Marquez yang sudah sembuh dari cedera dan akan menggantikan Dmytro Chygrynskiy. Dmytro Chygrynskiy tidak bisa bermain karena tidak bisa didaftarkan karena sudah sempat bermain bersama Shakhtar Donetsk sebelum pindah ke Nou Camp tapi tetap diikutsertakan untuk memberi semangat dari bangku cadangan.
Sementara Gelandang serang Intermilan Wesley Sneijder mungkin tidak diturunkan Mourinho karena mengalami cedera saat Belanda melawan Jepang.

Besiktas Tak Ganggu Persiapan Derby Manchester

Rotasi skuad akan membantu Sir Alex Ferguson menjelang dua laga penting pekan ini.
Perjalanan ke Istanbul untuk menghadapi tuan rumah Besiktas pada Liga Champions takkan mengganggu persiapan Manchester United menjelang derby melawan Manchester City.
Manajer Sir Alex Ferguson yakin, berkat kedalaman skuad yang dimilikinya dan sistem rotasi, tim bisa menghadapi dua jadwal penting itu.
"Skuad yang kumiliki ini tak memberi banyak perbedaan bagi kami," ujarnya kepada The Belfast Telegraph.
"Kami punya waktu dari Selasa hingga Minggu untuk bersiap menghadapi pertandingan berikutnya."
"Dalam kasus manapun, tim yang turun takkan sama. Itulah kenapa Anda memiliki skuad."
Ferguson juga yakin kehilangan Cristiano Ronaldo takkan menghilangkan dominasi United di Eropa.
"Aku tak bisa menjawabnya," jawab Ferguson saat ditanyakan apakah Real Madrid akan menjuarai Liga Champions.
"Aku benar-benar tidak tahu."
"Ada tim baru yang berbenah dan pelatih harus memutuskan untuk timnya."
"Lebih mudah membicarakan tim yang sudah dua tiga tahun memiliki harmoni dan keseimbangan dalam tim."
"Barcelona termasuk kategori itu dan mereka salah satu tim favorit."

Terry Yakin Ancelotti Bawa Sukses Eropa

John Terry bertekad membalas kegagalannya saat final Liga Champions tahun lalu.

Kapten Chelsea John Terry akan melampiaskan rasa sakit hatinya setelah kalah adu penalti dari Manchester United di final Liga Champions tahun lalu.
Terry masih ingat kegagalan eksekusinya akibat terpeleset. Padahal, jika berhasil, Chelsea dipastikan sebagai juara Liga Champions saat itu.
"Apa yang terjadi di masa lalu masih membuat kami sakit hati. Itu kenapa sangat penting untuk mempertahankan tulang punggung tim ini," ujarnya kepada The Daily Mirror.
"Kami berpengalaman melalui masa-masa buruk. Tentu, ada masa-masa bagus, tapi yang terburuk selalu menghantui kami. Ini sesuatu yang ingin kami obati, memperbaiki semuanya."
"Bersama-sama kami nyaris mencapainya dan setelah bertahun-tahun tampil baik di kompetisi dan gagal juara, kini saatnya untuk mewujudkannya."
"Sekarang kami memiliki pemain dengan usia dan pengalaman yang tepat, juga kualitas untuk melakukannya. Inilah yang kami incar."
Terry merasa kehadiran Carlo Ancelotti, yang memberikan dua gelar untuk AC Milan, akan membimbing tim menuju kejayaan.
"Hal pertama yang dilakukan pelatih adalah mengorganisir taktik tim. Kami banyak bertahan dan berkerja sebagai tim," imbuhnya.
"Jika dilihat Milan saat diasuhnya, mereka juga tampil terorganisir. Semua tahu tugas masing-masing dan menjalankannya dengan tepat."
"Kami tahu jika tampil terorganisir, akan sangat sulit bagi lawan untuk meruntuhkan kami dan dengan kualitas yang kami miliki di lini depan, kami tahu bisa selalu mencetak gol."
"Carlo pelatih yang sangat baik, orang yang bisa kami percaya sekaligus dihormati oleh tim."
"Dia tahu kapan bersantai dan kapan untuk fokus. Semuanya menjadi kunci. Dia tahu betul apa yang diinginkan para pemain dan ini kunci sukses yang kami inginkan."

Emmanuel Adebayor

”Tidak tahu terimakasih”, ”Pengkhianat”, ”Judas”, begitulah kata-kata yang menjadi label Emmanuel Adebayor pasca dirinya hengkang dari Arsenal dan melakukan selebrasi kontroversial di hadapan suporter The Gunners. Padahal lepas dari semua itu, Adebayor hanyalah seorang manusia biasa yang ingin menjadi kebanggaan bagi ibunya. Inilah sisi lain dari seorang Emmanuel Adebayor.

Pada hari pertamanya ia mengenakan baju khas Afrika. Itulah yang mereka ingat. Bukan replika kostum sepakbola, bukan baju olahraga dengan sepasang sepatu yang menggantung di tangan.

Pada hari pertamanya dalam dunia sepakbola profesional, pada hari pertamanya sebagai residen Eropa Barat, Emmanuel Adebayor muncul dengan baju tradisional Togo.

Saat itu, Evelyne Lopez, salah satu orang yang menemukan bakat Adebayor, menyadari bahwa bocah ini spesial. Belakangan, tidak hanya Lopez, seluruh orang di FC Metz menyadari bahwa remaja Togo itu memang spesial.

”Ia memakai baju adat tradisional”, kenang Lopez pada hari itu, September 2009, saat Adebayor muncul di hadapannya di Germanic, daerah timur laut Prancis.

”Dia tidak menyadari di mana ia berada saat itu. Saya mengingatnya dengan jelas karena pada hari terakhirnya ia di sini, 4 tahun kemudian sebelum ia pergi bergabung dengan Monaco, ia tidak memakai baju Afrika lagi, ia memakai pakaian yang terbuat dari kulit, dari kepala hingga ujung kaki, dengan jaket kulit yang tebal pula”.

Mereka semua – Lopez, Nina Recht, Denis Schaeffer, dan Philippe Gailot, kuartet asal Metz yang pertama kali mengenal Adebayor, remaja 15 tahun asal kota perbatasan Togo-Ghana, Lome. Ia membuat kesan yang mendalam pada diri mereka berempat.

”Seperti keju”, ujar Recht.

”Ia seperti ini”, tukas Schaeffer sembari mengacungkan jari telunjuk – tinggi dan sangat kurus”.

Schaeffer adalah direktur dari akademi sepakbola Metz. Sepuluh tahun kemudian, seantero Inggris mengetahui perbedaan Adebayor secara fisik, dan tentu bukan ”seperti keju”. Fans Arsenal paham betul akan hal ini.

Citra diri Adebayor di Inggris tidak secerah di Metz, walaupun Adebayor baru-baru ini mengakui lagi bahwa dirinya sedang ”tersenyum lagi”.

Kehadiran Adebayor berdampak cepat bagi Manchester City. Ia hanya butuh 3 menit untuk mencetak gol debutnya saat melawan Blackburn dan dalam 3 pertandingan liga ia menceploskan 3 gol. Inilah mengapa, saat Arsenal bertandang ke Eastlands akhir pekan lalu, wajah Adebayor yang bernilai 25 juta Pounds menjadi dekorasi pusat perbelanjaan Arndale di Manchester.

Nampaknya, bocah yang pada tahun 1999 berdiri di Allee Saint-Symphorien di luar mess penginapan pemain akademi Metz, sekarang telah menjadi ikon tim biru langit tersebut.

Ia telah mencetak gol melawan Arsenal. Seandainya ia mencetak gol lagi di Old Trafford akhir pekan depan, ia dapat pensiun dini dan menjadi legenda City; walau hanya dalam 5 pertandingan. Mereka yang berada di Metz tidak terkejut akan fakta tersebut dan mereka juga tidak kaget saat Manu menelepon mereka untuk berterimakasih.

Ia tetap menjalin hubungan dengan Metz. Menurutnya, ”Metz sangat berjasa dalam awal karir saya. Mereka menjaga saya dengan baik dan membuat saya merasa aman dan nyaman”.

Schaeffer mengatakan, “Dia bisa dan mau bekerja. Kadang kita harus memberi tahu apa yang harus ia lakukan, tapi ia memiliki kualitas dan juga hubungan sosial. Ia adalah salah satu dari orang-orang yang pernah singgah di Metz dan meninggalkan impresi mendalam. Dia memiliki kepribadian dan vitalitas”.

”Bahkan bila semua terasa begitu mudah baginya dan ia tidak berkonsentrasi, dia dapat dengan cepat beradaptasi dan bekerja. Dia penuh dengan respek terhadap semua orang. Louis Saha juga memiliki karateristik yang sama. Sama seperti Saha, Manu telah menjadi poin referensi bagi kami”.

Schaeffer melanjutkan, Terkadang ia memberi kesan yang berbeda, sedikit melanggar aturan. Tapi dengarkan baik-baik, ia membuka rekening bank saat ia berumur 15 tahun dan memiliki 100 euro. Sekarang ia 25 tahun dan memiliki lebih banyak uang, tapi ia tetap memiliki rekening yang sama dengan nama yang sama di Metz.

””Apa yang berubah”, adalah apa yang akan dikatakan Manu jika anda bertanya kepadanya. Hari ini saya dapat berbicara dengannya sama seperti yang saya lakukan 10 tahun silam.

Seperti Evelyne Lopez, Nina Recht bekerja di akademi sepakbola Metz, yang memiliki kapasitas 45 orang, bersebelahan dengan stadion dari klub yang rajin bolak-balik divisi satu dan dua Liga Prancis ini. Recht berperan sebagai ”ibu kedua”, begitu katanya.

Adebayor sangat menghargai Recht karena saat berumur 15 tahun dan meninggalkan Togo, ia memiliki hubungan yang sangat kuat dengan ibunya. Awalnya mereka berdua banyak berdiskusi tentang hal itu. Talenta Adebayor ditemukan oleh salah satu pelatih Metz, Francis de Taddeo, pada sebuah turnamen remaja di Swedia. Lewat agen di Togo, Camelio Akoussa, Metz langsung menyergap Adebayor.

Batasan umur bagi para remaja Afrika yang hendak memasuki akademi sepakbola Prancis adalah 18 tahun, ini salah satu alasan mengapa Metz membuka training centre di Dakar, Senegal – ”dengan pelatih asal Senegal pula”, tegas Schaeffer.

Sepakbola adalah motivasi awal Adebayor. Tapi mengingat dirinya datang dari Togo, negara dengan penghasilan rata-rata kurang dari 1 dollar per hari, tentu ada pertimbangan lainnya.

“Berat bagi saya untuk meninggalkan rumah, tapi tidak ada yang melarang saya untuk pergi karena mereka tahu itu adalah kesempatan emas bagi saya”, tukas Adebayor pekan ini.

“Itu bukan hanya tentang sepakbola, tapi juga jalan keluar untuk mencari hidup yang lebih baik. Di airport, ibu saya mengatakan, “Pergi ke Prancis dan kau dapat mengubah jalan hidup keluarga kita”. Ia tahu bila saya sukses di sepakbola, kami dapat keluar dari kemiskinan”.

”Saat berumur 15 tahun saya tidak bermain bola untuk kesenangan diri saya. Saya bermain demi keluarga saya. Itu sangat sulit karena saat di Togo semua orang merasa gembira buat saya, tapi saya bingung karena saya tidak tahu ke mana saya akan pergi”.

”Itu adalah pertama kalinya saya hidup di Eropa. Anda tidak bisa membayangkan betapa dinginnya di Metz. Setelah 1 bulan, saya mengatakan kepada pelatih, ”Maaf, tapi saya tidak tahan lagi dengan kondisi ini”.

”Setiap usai latihan, saya bahkan tidak kuat untuk mandi. Saya harus berada di kamar dengan pemanas ruangan dan tidak mengganti baju. Saya mulai menangis karena waktu itu saya hanya bocah 15 tahun. Pelatih menegur saya dan mengatakan, “Bayangkan berapa banyak anak Togo dan teman-temanmu yang ingin berada dalam posisimu?”

“Saya tidak peduli karena saya tak senang. Saat pelatih pergi, saya menelepon ibu. Ia mengatakan, ”Jika kamu ingin pulang, pulanglah”.

”Pikiran saya berkecamuk kala itu. Banyak orang mengatakan saya mempunyai peluang emas yang harusnya tidak saya sia-siakan. Sejak saat itu, setiap pagi saya pergi latihan untuk memberikan kemampuan terbaik saya”.

Jelas, kemiskinan membuat anda pragmatis.

Saat diminta untuk mendeskripsikan keadaan rumah tempatnya dibesarkan, ia menjelaskan bahwa rumahnya hanya memiliki 2 ruangan dan dihuni oleh 10 orang. Kami sangat miskin. Sekarang ibu saya memiliki rumah yang besar, sangat besar di Lome, tapi ia menolak tinggal di sana”.

Adebayor menambahkan bahwa standard Eropa tidak berlaku di Afrika. Dia menjelaskan bagaimana kriminalitas mempengaruhi masa mudanya.

“Lome adalah rumahku dan saya mencintai negara saya”, katanya, “tapi Lome sangat berbeda dengan belahan dunia lainnya. Tidaklah bijak untuk membandingkan Afrika dengan tempat lain, karena memang tidak ada tempat yang bisa dibandingkan. Banyak teman saya terlibat dalam kriminal dan menyedihkan mengingat bahwa itu adalah satu-satunya jalan hidup di Lome”.

Mereka terlibat obat bius dan alkohol, bukan karena mereka ingin tapi karena mereka bosan dan tak tahu harus apa lagi. Saya bersyukur karena saya diberikan jalan untuk keluar dari kehidupan semacam itu.

Banyak suporter Arsenal kecewa karena Adebayor pindah ke Manchester City, tapi ia dengan jujur mengatakan bahwa faktor ekonomi adalah latar belakangnya.

Recht mengatakan, “Saat anda berbicara tentang orang seperti Manu, mereka ingin agar orangtua mereka bangga dan mereka juga ingin membantu orangtua mereka secara finansial. Kami bangga terhadapnya”.

Metz menerima sejumlah uang yang jumlahnya tidak dipublikasikan saat Adebayor pindah ke Monaco saat berumur 19 tahun pada tahun 2003. Dia menerima kenaikan gaji dan sebuah jip. Segera setelah melakukan debutnya bagi Monaco, Adebayor yang sangat senang memutuskan untuk bepergian mengendarai jip 4x4-nya ke Metz untuk memamerkannya.

“Ia sangat senang sampai tertidur di dalam mobil”, ujar Recht.

Walaupun dirinya sangat senang di Metz, ada juga pengalaman yang tidak mengenakkan bagi Adebayor. Adalah saat tim Metz U-18 menjuarai liga junior dan mencapai final Piala Prancis di Stade de France.

Adebayor adalah pencetak gol terbanyak saat itu tapi ia datang terlambat 5 menit saat meeting sebelum pertandingan sambil mengenakan headphone. Ia segera dicopot dari tim dan terpaksa menyaksikan pertandingan dari bangku penonton.

”Pada pertandingan berikutnya, ia tampil fenomenal”, kata Schaeffer.

Itu merupakan salah satu pertanda bahwa Adebayor memiliki kualitas. Kepindahannya ke Monaco memberi tempat di bangku cadangan saat klub itu berlaga di final Liga Champions melawan Porto.

Adebayor pindah ke Arsenal pada Januari 2006 dan mencetak gol debut saat melawan Birmingham. Ia berumur 21 tahun kala itu. Para suporter Arsenal menyebutnya ”Baby Kanu”, sebutan yang ia sukai. Di lengan kirinya ia memiliki tato “Only God Can Judge Me”.



Adebayor menambah bobot badannya 4 kilogram di Arsenal, sama seperti sesama alumnus Metz junior, Robert Pires, yang berubah secara fisik di klub London utara tersebut.

“Saya menambah berat karena saya butuh untuk menjadi lebih kuat secara fisik di Premier League”, ujar Adebayor.

“Saya terlalu kurus untuk ukuran striker. Di Arsenal, segalanya begitu ketat, dari apa yang anda makan hingga bagaimana anda merawat tubuh, anda tidak akan diizinkan menambah bobot jika hal itu tidak diperlukan”.

“Saya tidak tahu seberapa banyak tenaga saya yang bertambah, tapi saya merasakan benefitnya. Coba saja anda bertarung melawan Nemanja Vidic jika anda tidak memiliki kekuatan yang cukup. Anda akan terbunuh”, tambah Adebayor.

Emmanuel Adebayor memiliki kekuatan yang cukup sekarang ini. Ia mengatakan dengan percaya diri bahwa Manchester City di bawah kontrol konsorsium Abu Dhabi bukanlah sebuah eksperimen – “karena eksperimen bisa saja gagal- dan ia menambahkan, “Saya baru berumur 25 tahun dan dengan sumberdaya yang dimiliki City sekarang ini, saya tidak berharap bahwa final tahun 2004 adalah satu-satunya final Champions League bagi saya”.

“Empat besar dan bermain di Champions League adalah hal penting, tapi tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mematok tempat yang lebih tinggi dari peringkat 4 dengan segala kekuatan yang kami miliki”.

Sebuah pernyataan yang akan membuat Schaeffer tersenyum.

“Saat Manu berada di sini (Metz), kami yakin bahwa ia akan menjadi pemain hebat bila berada di tempat yang tepat”, tegas Schaeffer.

“Kadang ia tampil inkonsisten, tapi saat pertandingan yang menentukan, ia selalu memberikan yang terbaik”.

“He liked the show, it was made for him. He’s a showman”,

Kota Manchester akan menjadi arena pertarungan dua tim besar dalam beberapa hari ke depan. Seorang bocah yang dulu muncul di Metz dengan mengenakan jubah Afrika akan menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam medan pertempuran itu.

Rivalitas Antar Klub Inggris: Kala Sepakbola Menandingi Agama


04/09/2009

Oleh: Pangeran Siahaan

Bagi sebagian orang, sepakbola tidak lah lebih dari sekedar 22 orang yang saling mengejar bola di lapangan. Bagi beberapa fans klub Liga Inggris, sepak bola menjadi bagian hidup yang siap mereka bela dengan nyawa.

Contoh saja permusuhan antara Liverpool FC dan Manchester United. Alkisah, pada permulaan abad industri di Inggris, kota Manchester dikenal sebagai pusat industri manufaktur sedang Liverpool memiliki pelabuhan yang penting untuk menunjang industri manufaktur tersebut. Pada tahun 1894, kota Manchester membuka sebuah kanal kapal sendiri, sehingga kapal-kapal yang membawa barang tidak perlu lagi singgah di Liverpool.

Hal ini menyebabkan banyak orang di Liverpool, yang menggantungkan diri pada pelabuhan, kehilangan pekerjaan dan menciptakan angka pengangguran yang tinggi. Liverpudlians mulai membenci para Mancunians yang merusak kehidupan mereka, dan lahirlah rivalitas antar kota Manchester-Liverpool, yang juga melatarbelakangi salah satu persaingan antar dua klub sepakbola terbaik dunia.

Saat era industri mengalami penurunan pada tahun 1970-an dan 1980-an, penduduk kota Liverpool berhasil melampiaskan inferioritas mereka selama bertahun-tahun karena Liverpool FC merajai Liga Inggris, bahkan menjuarai Piala Champions 4 kali, sedang rivalnya, Manchester United, mengalami masa-masa terkelam dalam sejarah, dimana mereka mencicipi degradasi. Inilah mengapa para suporter Liverpool sangat bangga dengan rekor 18-5 (18 kali menjuarai liga dan 5 kali merebut trofi Champions), yang hampir kesemuanya direngkuh pada era lampau. Pada tahun 2008, Uni Eropa menganugerahkan gelar European Capital of Culture kepada kota Liverpool atas pencapaian mereka di bidang budaya. Suporter Manchester United membalas dengan memajang besar-besar banner bertuliskan ”Manchester: European Capital of Trophies” di Old Trafford.

Selain Liverpool dan rival sekota Manchester City, tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Man Utd mempunyai rivalitas turun temurun dengan Leeds United yang sejarahnya bisa dirunut hingga abad ke-15.

Man Utd dan Leeds United merupakan representasi modern dari House of Lancashire dan House of Yorkshire, dua pihak yang terlibat perang sipil memperebutkan takhta Kerajaan Inggris. Perang tersebut dinamakan Wars of The Roses karena masing-masing pihak disimbolisasikan dengan mawar merah dan mawar putih. Ini juga alasan kenapa Man Utd berseragam merah, sedang Leeds memiliki kostum berwarna putih.

Walau Leeds sekarang sudah tenggelam ke League One, dua kasta di bawah Premiership, perseteruan kedua tim masih terus berlangsung. Tidak terhingga pedihnya rasa sakit suporter Leeds saat salah satu pahlawan mereka, Alan Smith, hijrah ke Old Trafford setelah mereka terdegradasi. Belum lagi, sebelumnya Rio Ferdinand juga hengkang ke Man Utd dalam transfer yang disebut manajer Leeds kala itu, David O’Leary, “Memberi Sir Alex Ferguson gelar juara liga”.

Sejarah rivalitas di luar lapangan tidak hanya dimiliki klub-klub besar. Seperti kita ketahui, 2 minggu silam pecah kerusuhan antara suporter West Ham dengan suporter Millwall dalam pertandingan yang dilabeli East London Derby (walau Millwall sebenarnya berada di bagian tenggara). Salah seorang bekas pentolan hooligan West Ham yang sekarang menjadi penulis buku, Cass Pennant, mengatakan, “Semua orang tahu ada sesuatu yang akan terjadi bila West Ham dan Millwall bertemu”.

Bila ditelusur ke belakang, West Ham dahulu bernama Thames Ironworks FC, sebuah klub yang dibentuk dari serikat pekerja galangan kapal (menjelaskan mengapa lambang West Ham adalah palu dan mereka disebut The Hammers), sedang Millwall bernama Millwall Ironworks. Mereka berada dalam kondisi yang baik satu sama lain sampai pada tahun 1920-an ketika para pekerja Millwall Ironworks menolak ikut dalam aksi mogok kerja buruh besar-besaran yang dipelopori oleh Thames Ironworks. Sejak itu, rivalitas terbentuk antara mereka dan mendarah daging kepada para suporter keduanya.

Satu lagi rivalitas besar di Inggris adalah antara Newcastle United dan Sunderland. Newcastle sekarang terbenam di divisi Championship, tapi yang menjadi masalah bagi mereka adalah bahwa tetangganya Sunderland, berada satu tingkat di atas mereka. Kedua kota terlibat dalam sebuah persaingan yang diberi label Tyne-Wear Derby yang (lagi-lagi) berakar dari sejarah masa lampau. Dalam masa perang sipil Inggris, Newcastle menjadi pendukung setia royalis dari Raja Inggris kala itu, Charles I, sedang Sunderland menjadi basis massa parlementarian dari Oliver Cromwell yang berseberangan dengannya.

Fanatisme dan rasa rivalitas antar fans tim Inggris amat lah kental, contoh saja Portsmouth yang kini terpuruk di dasar klasemen Liga Inggris dan menjadi salah satu kandidat degradasi musim ini, tapi salah seorang fans Pompey menulis di Internet, ”Setidaknya kami masih bisa tersenyum karena Southampton juga terpuruk di League One”.

Kedua klub berada di kota pelabuhan, dengan Southampton sebagai pelabuhan sipil, sedang Portsmouth adalah markas besar armada angkatan laut Kerajaan Inggris. Berbagai privilege yang dimiliki Portsmouth sebagai markas angkatan laut membuat iri tetangganya dari Southampton dan memberi percikan api bagi persaingan keduanya.

Masih banyak kasus-kasus rivalitas antar klub Inggris yang berakar jauh dari luar lapangan hijau. Menilik latar belakang tersebut, bukanlah suatu hal yang mengejutkan bila sepakbola di Inggris bagaikan agama bagi para penggemarnya. Sepakbola dipandang sebagai sebuah medan peperangan modern yang berimbang di mana pemenang bukan lagi ditentukan oleh pertumpahan darah, tapi oleh siapa yang lebih banyak mencetak gol ke gawang lawan.

Tidak heran, seorang manajer legendaris Liverpool, Bill Shankly, pernah mengatakan, ” Some people think football is a matter of life and death. I assure you, it's much more important than that”

Franck Ribery Gabung ke Madrid Musim Depan


Selasa, 08 September 2009 17:10 WIB

Jakarta, (tvOne)

Franck Ribery belum lepas dari target Real Madrid. Meski tidak akan dilepas Bayern Munich musim ini, Ribery akan hijrah ke Santiago Bernabeu musim depan.

Direktur Umum Madrid Jorge Valdano memang belum memberi kepastian soal ini. Valdano lebih sering menyebut kalau musim ini mustahil untuk Ribery berpindah ke Spanyol. "Saya tidak yakin bursa musim dingin (Desember-Januari) sesuai dengan pemain sekelas Ribery. Tapi tidak tahulah," ujar Valdano seperti dilansir Sky Sport, Selasa 8 September 2009.

Bursa musim panas berikutnya adalah Maret hingga Agustus 2010. Saat itu biasanya aktivitas jual-beli pemain lebih aktif dibanding ketika bursa musim dingin. Namun sebelum pernyataan ini, memang sudah terdengar rumor kalau Munich-Madrid sudah punya kesepakatan soal Ribery.

Beberapa waktu lalu media Spanyol, AS, menyatakan kalau Presiden Real, Florentino Perez sudah bertemu agen Ribery, Alain Migliaccio untuk kesepakatan kontrak lima tahun sejak musim depan. Mantan pemain Galatasaray itu akan menerima uang muka sebesar 25 juta euro atau Rp 360 miliar. "Ribery adalah masa lalu dan mungkin bagian dari masa depan. Tapi yang pasti saat ini terdiri dari 24 pemain yang membangun skuad Madrid," tambah Valdano. (VIVanews.com)