Keliling Dunia Mencari Bakat Luar Biasa

Diposting oleh Risnul On 03.52

04/09/2009

Oleh: Ian Carrington

Kasus Gael Kakuta membuat kita sadar tentang sebuah topik yang lebih seru daripada gosip perpindahan pemain bintang.

Di awal musim setiap media membicarakan perebutan bintang dan aksi gosip seputar mega transfer. Namun di belakang semua itu, ada satu hal yang tidak kalah menarik, dimana klub klub Eropa melakukan investasi besar besaran untuk berlomba menemukan bakat baru yang bisa menjadi aset besar bagi tim mereka.

Peraturan Bosman yang terjadi di pertengahan tahun 90'an merubah cara klub merekrut pemain. Lihat saja tim seperti Arsenal dan Liverpool, dimana jika kita lihat materi pemain mereka, tidak heran jika orang menebak bahwa mereka adalah klub yang berbasis di Perancis atau Spanyol saking sedikitnya pemain asal Inggris yang ada disana.

Sejak ketentuan Bosman, klub klub Eropa menjadi berlomba mencari bakat muda dari segala pelosok benua. Bahkan adanya peraturan FIFA yang menjaga transfer pemain muda dibawah usia 18 tahun pun tidak menjadi halangan bagi mereka yang mencari Romario dan Ronaldo muda.

"Banyak cara untuk mengatasi peraturan peraturan itu" ujar seorang agen pemain yang saya kenal baik.

"Yang penting kita tidak melanggar peraturan, tapi mencari celah yang bisa kita manfaatkan" ujarnya.

"Hal ini banyak dilakukan oleh klub klub besar, dan pola kerjanya pun semakin sistematis dan terprogram. Contoh saja klub klub Inggris yang sudah mulai menjalin rekanan dengan klub klub kecil di Eropa supaya bisa menitipkan pemain muda yang belum bisa mendapat ijin kerja di Inggris."

"FIFA melarang sebuah klub membeli dan membawa seorang pemain muda dari satu benua ke benua lainnya. Dalam hal kasus Carlos Vela, pemain Arsenal asal Meksiko, seluruh keluarganya diajak pindah, supaya tidak melanggar peraturan perpindahan pemain itu."

"Ya, FIFA tidak bisa berkata apa apa, jika keluarga si pemain memang pindah, sah sah saja jika ia mencari klub di negara baru dimana ayahnya bekerja. Dan itulah yang dilakukan Arsenal melalui kerjasamanya dengan Salamanca. Bahkan mereka mencarikan pekerjaan untuk ayah Vela, sehingga seolah perpindahannya adalah karena pekerjaan ayahnya" si agen melengkapi.

Klub klub Eropa juga memanfaatkan peraturan tenaga kerja di beberapa negara yang tidak mengizinkan pemain muda untuk dikontrak. Misalnya di Spanyol dimana pemain di bawah 18 tahun tidak boleh memiliki ikatan kerja, sehingga Fabregas, Merida dan Pique bebas direkrut oleh Arsenal dan Manchester United.

Les Reed, mantan direktur teknik FA yang kini menyusun jaringan scouting internasional untuk Charlton mengatakan bahwa bisnis ini lebih sulit dari pada bisnis perekrutan pemain jadi,

"Ini sekarang menjadi industri yang sangat kompetitif. Setiap klub mencari pemain belia yang terbaik, sehingga persaingannya semakin menggila"

“Dulu waktu saya masih baru mulai, kami hanya menyeleksi pemain dari daerah kami, dan hampir tidak pernah kami mencari pemain yang berada di kota lain." ujar Reed.

Memang klub klub besar terus memberi contoh bagaimana investasi dalam mengejar dan membina pemain muda bisa membuahkan hasil yang cukup luar biasa. Terutama jika kita melihat contoh dari Akademi Sepak Bola Arsenal yang amat sangat multi-nasional, atau kasus spektakuler seperti bagaimana Barcelona mengambil Lionel Messi dari Argentina pada saat ia masih 13 tahun.

Pastinya klub klub kecil pun menjadi tergiur, apalagi mengetahui mereka sulit bersaing dalam adu kuat biaya transfer membeli pemain besar.

Di bawah Arsene Wenger yang mengenalkan konsep "saya tidak peduli paspor mereka, tapi hanya bakatnya " - Arsenal telah membentuk sebuah sistim scouting global yang sangat mengagumkan. Dipimpin oleh Steve Rowley, mereka berhasil mendapatkan Fabregas, Merida, Djorou dan banyak lagi. Sekarang, jaringan mereka sudah jauh melewati Eropa dan mulai mencakup semua benua.

Denilson mereka ambil dari Sao Paolo, Brasil ketika ia berusia 18 tahun. Kolo Toure dan Emmanuel Eboue diambil dari ASEC Abidjan di kampung halaman mereka, sedangkan Vela mereka dapatkan di ajang kejuaran Piala Dunia U-17 di Peru, pada tahun 2005 lalu.

Salah satu scout mereka adalah Francis Cagigao: "Arsenal mungkin terkesan tidak berbeda dengan Real Madrid, Barca atau Valencia, namun kami jauh lebih agresif dibanding mereka. Scout Arsenal adalah bagian penting dari klub, dan mereka membuat kami merasa seperti itu. Kami mendapat fasilitas terbaik untuk bepergian mengunjungi semua pertandingan dan turnamen penting di dunia. Saat ini lebih dari 80 orang dipekerjakan di departemen Scouting Arsenal. Hampir tidak ada klub Eropa yang memiliki jaringan sekuat kami."

“Perbedaan utama antara klub Inggris dan Spanyol, adalah di Inggris kami lebih sabar. Di Spanyol semuanya adalah mengenai performans tim utama, dan yang penting menang, menang dan menang. Di sini, kami mementingkan mereka berkembang, berkembang dan berkembang. Nanti jika mereka lulus ke tim senior, barulah tuntutan menang dihadirkan."

Bagi Arsene Wenger, proses penyediaan pemain muda ini sudah membuahkan banyak hasil, lihat saja bagaimana pemain jebolan akademi mereka mengimbangi tim Manchester United dan para bintang bintangnya dalam pertandingan kemarin. Wenger bahkan pernah meledek Chelsea yang suka membeli bintang dalam salah satu pernyataannya: “Ini adalah hasil kerja keras kami selama 5 tahun, dan untuk merusaknya dengan menghadirkan seorang nama besar adalah bodoh. Buat apa kami bekerja keras mengembangkan bakat dan akhirnya membangku cadangkan mereka karena kita membeli seorang mega bintang. Lebih baik saya bilang kepada manajemen untuk menyimpan 100 juta poundsterling mereka untuk membeli diinvestasikan di tempat lain saja"

Arsenal bukan lah satu satunya tim Eropa yang memiliki investasi besar besaran di program pengembangan pemain muda. Barcelona berhasil memboyong Messi ke Spanyol karena mereka bersedia membawa seluruh keluarga besar Messi, dan mencarikan kerja bagi mereka semua. Barcelona saat itu juga membawa Giovanni Dos Santos dari Mexico,dan Gai Assulin dari Israel.

Baru baru ini Barca mencoba mengambil Muhamed, pemain berusia 13 tahun dari Besiktas, tapi gagal karena kedua klub tidak berhasil mencapai kesepakatan soal kompensasi biaya pembinaan.

Di Jerman, Bayern Munchen sudah terkenal rajin menghadiri kejuaraan junior di Amerika Latin, dimana mereka mendapatkan Roque Santa Cruz dari Paraguay dan Jose Guerrero dari Peru.

Sekarang klub klub lain pun sudah mulai mencoba mengejar ketinggalannya. Contoh saja Real Madrid, yang kemarin baru menyusun divisi scouting internasionalnya.

Selain Arsenal, Chelsea juga menjadi klub yang menaruh banyak dana membina atau membeli pemain muda. Dimana setelah berhasil dengan Jon Obi Mikel, tim keduanya dipenuhi oleh pemain dari Portugal, Spanyol, Slovakia, Denmark, FInland, Swiss, Belgi dan tentunya Katuka dari Perancis.

Selain itu, Abramovich juga sering berkonsultasi dengan pemandu bakat asal Belanda, Piet De Visser.

“Dia memang sudah beberapa kali mengunjungi kami di Eindhoven karena dia terpesona dengan akademi junior kami disini" ujar De Visser dalam interviewnya kepada majalah Voetbal International.

“Pastinya ia ingin membangun akademi yang efektif, supaya dia tidak harus terus menerus menghamburkan dananya membeli pemain bintang. Pasti suatu saat akan tiba saatnya bagi Abramovich untuk menyadari, bahwa ia hanya membuang buang uang membeli bintang, padahal dengan sepersepuluh dana itu, ia bisa menciptakan sebuah sistim yang akan menghasilkan bintang sendiri (mungkin ia berbicara tentang Shevchenko)." ujar Visser.

“Abramovich harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan Drogba dan Essien, dan karena itulah dia meminta saya mencari pemain muda yang bisa menjadi bintang di Chelsea 3-4 tahun lagi"

"Sementara itu, kami menampung mereka disini, dan mengembangkan mereka di suasana yang lebih kondusif. PSV dan Chelsea sama sama mendapatkan keuntungan dari hasil kerja kami" ujarnya mengenai Alex yang dititipkan di PSV karena belum mendapatkan ijin kerja untuk bermain di Inggris.

Satu lagi bek Brazil yang masih diparkir di PSV adalah Alcides, yang "dibeli" oleh PSV dari Benfica, namun di situs UEFA, ia terdaftar sebagai pemain Chelsea yang dititipkan di PSV.

Klub klub kecil yang tidak mampu membangung jaringan scouting lebih mengandalkan tenaga dan kinerja para agen pemain. Contoh saja kasus Messi, dimana agen yang memperkenalkan keluarganya mendapatkan bonus yang lumayan, begitu Messi masuk ke tim utama Barcelona. Saking lumayannya, ia bisa langsung membeli 3 rumah dan 5 mobil mewah.

Namun mereka yang hanya memfokuskan usaha scouting mereka di turnamen junior internasional sering kecewa, karena kebanyakan pemain sudah keduluan diciduk sebelum mereka berada disana. Contoh saja Messi, yang sudah 7 tahun di Barca sebelum turun di Piala Dunia U-20 tahun 2005 lalu.

Jangan lupa kisah si kembar Fabio dam Rafael, sebelum mereka bersinar di Piala Dunia U-17 di Ekuador, mereka sudah berada dibawah pantauan Manchester United, yang mengikuti mereka sejak kejuaraan Amerika Latin U-15 dua tahun sebelumnya.

Sekarang kita melihat makin banyak kerja sama yang terjadi antar klub di dunia. Baik itu yang sekedar membuka sekolah bola, atau yang lebih serius, dimana klub Eropa memiliki klub yang lebih kecil sebagai tempat mereka membesarkan pemain, atau sampai setidaknya mereka mendapatkan izin kerja.

Arsenal, Chelsea dan Manchester United memiliki ikatan kerja resmi dengan klub klub di Belgia, Arsenal dengan Beveren, Chelsea dengan Westerlo, dan Man Utd dengan Antwerp.

Abidjan Academy yang menghasilkan Toure dan Eboue bahkan sempat menjadi pemasok sebelas pemain inti di tim Beveren.

Selain Abidjan Academy, di Afrika Selatan ada Ajax Cape Town yang telah menghasilkan Steven Pienaar dan Stanton Lewis. The South African academy yang dikelola oleh FC Copenhagen telah melahirkan Elrio Van Heerden dan Bongumusa Mthethwa. Klub Perancis Auxerre juga memiliki ikatan kuat dengan pemerintahan Congo, dan menghasilkan Francel Ibarra.

Bagi klub klub Liga Inggris, adanya klub Eropa yang bisa menerima pemain titipan memang sangat penting. Hal ini dikarenakan adanya peraturan buruh yang menetapkan bahwa selain pemain itu harus berasal dari negara yang berada di top 75 ranking FIFA, ia juga harus mewakili negaranya dalam 75% pertandingan internasional. Namun, ketentuan itu dapat di lewati jika sang pemain bisa mendapatkan ijin kerja dari negara Uni Eropa yang lain. Contoh Dong Fangzhou yang masuk Manchester United via tim Belgia.

Layaknya sebuuah investasi, tidak ada jaminan bahwa pemain yang mereka jaring akan menjadi pemain bintang. Namun dengan memperbesar jaringan pemantauan mereka, masing masing klub berharap rasio sukses mereka pun akan semakin baik. Apalagi mengingat bahwa jika mereka tidak melakukan scouting, kompetitor mereka pasti melakukannya.

0 komentar

Posting Komentar

don't say porn...!!